“Jumatan ini special. Kita dalam moment Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48. Karena itulah pada Jumat kali ini saya akan mengangkat tema,”Meneladani Ahmad Dahlan,” tutur Khatib membuka khutbahnya. Bertindak sebagai khatib pada Jumat kali ini, 18/11, adalah Ustdz Tohirin Sanmiharja atau yang akrab dipanggil UTS, Wakil Dekan IV Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHAMKA.
Seperti biasanya, khutbah diselenggarakan di masjid FEB UHAMKA yang terletak di Gedung rektorat lt. 2. Jamaah shalat Jumat kali ini tidak sebanyak biasanya karena Sebagian banyak sudah berangkat ke arena Muktamar. Jamaah berjumlah sekitar 60 orang.
“Ahmad Dahlan saat itu masih mudah. Tapi begitu dia tampil langsung menggemparkan. Sebab gaya dakwah yang ia sampaikan sungguh berbeda dengan dakwah pada umumnya. Salah satu ide yang menggegerkan saat itu adalah dia mengusulkan untuk mengubah arah kiblat. Karena menurut Ahmad Dahlan, dalam perhitungan ilmiah arah shalat kita selama ini melenceng, tidak lurus ke Kabah,” tutur Khatib.
Menurut Tohirin, Ahmad Dahlan saat itu juga mengajak santri-santrinya untuk take action mengamalkan ajaran Islam. Menurutnya ajaran Islam di Indonesia saat untuk bercampur baur dengan budaya lokal. Bahkan banyak diantara kaum muslimin yang tidak menjalankan syariat Islam. Sedang yang menjalankan pun menurutnya masih sebatas pada ritual. Menurut Dahlan, harusnya ajaran Islam dapat merubah kehidupan, mentransformasikan kehidupan ke arah yang lebih baik.
Oleh karena itu yang terpikir oleh Ahmad Dahlan saat itu adalah bagaimana mencerdaskan masyarakat sehingga akhirnya ia mendirikan sekolah. Langkah Ahmad Dahlan ini dilihat aneh oleh masyarakat. Tidak lazim seperti kiai-kiai pada umumnya yang mengajar mengajdi di surau dan pesantren. Apalagi sekolah yang didirikan Ahmad Dahlan meniru model sekolah Belanda. Maka saat itu banyak yang menuduh Ahmad Dahlan sebagai kiai tersesat.
Rupanya inilah salah satu watak dasar Muhammadiyah yaitu berwatak reformis atau pembaharu (tajdid) dan modernis. Sepak terjang Ahmad Dahlan tak terbendung lagi. Secara resmi Muhammadiyah memang dibatasi untuk lingkup Yogyakarta. Tapi di mana-mana kemudian berdiri pengajian-pengajian yang berafiliasi dengan Muhammadiyah.
Ahmad Dahlan menjadi sosok viral yang kemudian mendapat sambutan secara luas di mana-mana. Sejarah pergerakan Islam Indonesia kemudian didominiasi oleh Muhammadiyah. Ahmad Dahlan berpulang ke rahmatullah pada usia ke-55 tahun. Tidak terlampau lama beliu hidup. Tapi karyanya begitu fenomenal. Saat ini kita menyaksikan ribuan sekolah, ratusan rumah sakit dan amal usaha lain milik Muhammadiyah berdiri kokoh di negeri ini, bahkan sekarang mulai merambah ke luar negeri. Semoga Muhammadiyah terus mencerahkan peradaban.